Minggu, 02 Agustus 2020

TUNGGU AKU DISURGA

 



                                               Oleh: ALFANI RISMAENITA

         Musim dingin telah tiba di Gaza, Palestina. Aku tak tahu harus kemana. Aku lapar! Aku kedinginan! Rumahku telah rata dengan tanah sama seperti bangunan-bangunan yang lain. Negeriku hancur berantakan, masa kecilku telah dibunuh. Orangtuaku?? Mereka sudah tenang di surga karena syahid di peperangan melawan penjajah. Penjajah itu datang dan tiba-tiba mengatakan tanah airku ini miliknya. Tanahku terbakar, tanahku dicuri kebebasannya. Dimana kibasan sayap merpati, yang dahulu selalu ada di langit Palestina?

      Malam telah tiba, makanan sudah ada dibagikan. Namun, untuk mendapatkan sebungkus roti, kita harus berebutan. Dan malam itu, Alhamdulillah!! Aku kebagian sebungkus roti. Aku mencari tempat yang nyaman untuk menyantap roti ku. Tiba-tiba, aku melihat anak yang kira-kira usianya 2 tahun lebih muda dariku. Tubuhnya kurus sekali, dia hanya duduk diam disampingku, dia selalu melirik kearah rotiku. Kurasa ia juga sama laparnya denganku, kupotong roti itu lalu kuberikan padanya setengah. Matanya berbinar menerima roti itu, “Shukraan‘ ukhti” ucapnya lirih. Sejak kejadian itu kita terus bersama-sama. Kita selalu mencari makan bersama-sama dan memakannya bersama juga. Namanya Aisyah,  dia sudah seperti adik kandungku sendiri. Dia sering berkata kepadaku “Aku rela mati demi tanah airku”. Atas dasar prinsipnya itu, dia sangatlah berani melawan siapapun yang ingin menghancurkan negaraku, walaupun mungkin dia sendiri juga tahu bahwa kekuatannya seorang diri tidak ada apa-apanya dibandingkan penjajah laknatullah itu.

          Suatu petang di Gaza, Palestina. Kembali lagi penjajah-penjajah itu menyerang. Nyawa tidak lagi dihargai dan dipedulikan. Manusia-manusia jatuh bergeletakan. Paramedis berjas putih dibalut dengan darah itu mondar-mandir memberi pertolongannya tanpa peduli dengan dirinya sendiri. Aisyah melepaskan diri dari pelukanku, anak manis dengan keberanian penuh itu mengambil sebilah bambu dan mengikatkan bendera kami diatasnya. Majulah dia kedepan para penjajah itu, sambil mengibarkan bendera yang dipeganginya. Orang-orang meneriakinya agar segera mundur, namun perkataan itu tidak didengar olehnya. Ia hanya berteriak dan terus berteriak “Negaraku, milikku. Dan tidak akan kubiarkan siapapun dari kalian menghancurkan Palestinaku”. Sampai akhirnya, salah satu dari penjajah itu menembakkan senapannya. Peluru dari senapan itu mendarat tepat mengenai dada bagian kiri Aisyah. Mungkin karena tak kuat menahan sakit, tubuh kecil yang malang itu akhirnya rebah diatas tanah. Syahid dipeperangan, semoga surga untukmu saudariku, tak kuasa aku menahan airmata melihat kejadian itu didepan mata. Akan kuteruskan keberanianmu, tunggu aku disurga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...