Di suatu desa hiduplah seorang anak yatim piatu dan dia mempunyai adik laki-laki dan perempuan ibunya meninggal di saat ia ingin berangkat bekerja, dia di tabrak oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan saat itu adik laki-lakiku berumur 7 tahun. Dan ayah depresi tidak bisa menerima kematian istrinya tersebut, dan ia pun mengikuti istrinya ke pangkuannya Allah swt. Dan saat itulah saya memulai cerita ini. Di mana saya adalah seorang kakak yang harus menghidupi adik-adiknya. Umurku sekarang 13 tahun, adik perempuanku 10 tahun dan adik laki-lakiku berumur 7 tahun.
Di mana saya mempunyai tugas yang sangat berat karena saya harus menghidupi keluarga saya yaitu adik-adik saya .sejak kami ketinggalan orang tua kami, kami tidak tahu harus ke mana dan pada siapa kami harus membagi luka kami sedangkan kami tidak mempunyai sodara ataupun kerabat Tetapi kami harus tetap berjuang untuk bisa hidup. kami masih tinggal di rumah peninggalan orang tua kami. Tetapi kami bingung kami nanti makan apa, bagaimna kami bisa melanjutkan sekolah kami bagaimna kami bisa bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Aku sekarang menduduki bangku kls 1 SMP dan aku memutuskkan untuk berhenti sekolah demi bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan adik-adik saya dan bagaimana saya bisa mengumpulkan uang untuk bisa menyekolahkan adik-adik saya agar tidak seperti saya. Dari tekat itulah saya bekerja keras sebagai kuli panggul, ojek payung, dan lainya atau bahasa halusnya adalah kerja serabutan. Ya, itulah yang saya kerjakan demi sesuap nasi agar adik-adik saya bisa bersekolah, kami hanya makan dari sisa-sisa beras yang saya pungut di pasar agar kami bisa makan. Karena saya tidak bisa melihat adik-adik saya kelaparan. Dimana saya rela kerja serabutan, tidak makan, di maki-maki orang yang penting adik-adik saya bisa makan dan tetap tersenyum.
Waktupun berjalan dengan begitu cepat hingga saya dewasa dan masih mengandalkan Pekerjaan serabutan. itulah yang sya kerjakan hingga saya berumur 22 tahun dan dari situlah sya bisa menghidupi keluarga saya agar tidak kelaparan dan bisa membiyayai sekolah adik-adik saya di mana adik saya yang perempuan bentar lagi ingin memasuki perguruan tinggi, dan yang laki-laki menduduki kls 1 SMA betapa bahagia saya karena saya bisa menyekolahkan mereka meskipun saya harus mengorbankan cita-cita dan impian saya demi adik-adik saya bisa bersekolah. Di mana saya tidak perna menyuruh adik saya untuk bekerja saya hanya ingin dia terus belajar dan bisa menggapai cita-citanya dengan itulah saya bisa bangga dan perjuangan saya selama ini tidak sia-sia. Meskipun adik saya ingin sekali membantu saya. Hingga suatu ketika adik saya menyelesaikan sekolahnya. Betapa bangganya saya melihat adik saya memakai baju sarjana dan memakai toga di kepalanya yang saya impikan sejak kecil yang tidak bisa saya ujudkan. Tetapi semua itu terujudkan berkat tekat adik saya yang terus bekerja keras demi bisa sampai di titik itu.
Barru, 30 Agustus 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar