Oleh: Maydivani Pratiwi
Dibawah teriknya matahari, samar-samar aku melihat sesosok anak kecil yang terlihat sedang kebingungan. Dia terlihat sedang mencari sesuatu, matanya yang terus melihat kesana kemari membuatku penasaran, namun aku tak berani mendatanginya. Kulitnya yang putih, matanya yang berwarna biru,berambut coklat dan bibir yang pucat,"orang asing" pikirku. Kalau sudah berhubungan dengan orang asing aku benar-benar tak berani. Namun, lama-kelamaan dia terlihat sedih karena tidak menemukan sesuatu yang telah menjadi alasannya untuk berdiri di bawah terik panas matahari siang ini.
Karena kasihan dan entah keberanian siapa yang merasuki tubuhku untuk mendatangi anak kecil itu akupun berjalan,langkah demi langkah. Awalnya kupikir dia kehilangan orang tuanya saat bermain, namun setelah kutanyai ternyata dia yang ditinggalkan. "kasihan, padahal dia anak yang cantik" pikirku, "makasih kak" sambil tersenyum dengan menampilkan gigi putih rapinya,aku terkaget dengan pernyataan itu, aku sangat yakin kalau aku mengatakannya dalam hatiku, namun aku tetap tenang agar suasana tidak terasa canggung. Saat kutanyai namanya, dia berkata "Lily",namun aku heran kenapa dia ditinggalkan. Karena rasa penasaran yang dari tadi telah merasuki jiwaku, aku bertanya apa yang telah terjadi.
Dia menceritakan semuanya dari awal,dimulai saat dia berangkat bersama dan bermain bersama ibu dan ayahnya. Namun ditengah kesenangan itu dia ditinggalkan dengan alasan mereka ingin membeli sesuatu untuknya, dia sangat senang dan tidak sabar menunggu mereka kembali,tapi mereka tidak kembali. Dia sudah sangat ingin menangis tapi dia diajarkan oleh ibunya untuk kuat,jadi dia menahannya. Setelah mendengar semua ceritanya aku juga merasa ikut sedih karena aku membayangkan jika aku seperti dia aku pastinya juga sangat ingin menangis. Jadi,kubawa dia ke bawah pohon dan mengajaknya untuk berteduh sambil bersenang-senang. Dia anak yang baik, dia tidak nakal, jadi aku menyukainya. Langit telah berwarna jingga pertanda jika waktu telah menunjukkan jam 5,namun ibu dan ayahnya tidak juga kembali,aku terus bertanya-tanya mereka kemana, namun karena tidak ingin dia sedih lagi kuajak saja dia kerumahku,ibuku juga telah menyetujuinya. Awalnya dia ragu namun akhirnya dia menyetujuinya. Saat dia tinggal dirumahku, aku berusaha membuatnya senang agar dia tidak teringat lagi akan ibu dan ayahnya,tapi aku tetap selalu kembali ke taman setelah pulang sekolah berjaga-jaga jika suatu waktu ibu dan ayahnya telah kembali,namun hasilnya nihil, mereka tidak kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar