Oleh:Haslyyana
Halo semuanya perkenalkan namaku Ratnawati,kalian bisa memanggilku Ratna.aku berasal dari Takalar.Pada kesempatan kali ini aku akan bercerita sedikit tentang kehidupanku.saat aku lulus sekolah dasar [SD],ayah ku menyarankan aku untuk disekolahkan di pesantren tepatnya pesantren DDI Mangkoso.Tapi aku tidak ingin bersekolah disana,karena menurutku itu sangat jauh dari tempat tinggalku,belum lagi disana kita akan di batasi untuk pulang dan berkomunikasi dengan keluarga di rumah,dan juga kita tidak di perbolehkan untuk membawa alat elektronik seperti HP,laptop,speaker dan masih banyak lagi.Berbagai cara dan alasan telah aku lakukan agar ayahku berubah fikiran untuk tidak menyekolahkan aku di pesantren.Namun ayahku tetap memaksaku untuk bersekolah disana dengan alasan agar aku menjadi anak yang lebih baik dan dengan pengetahuan ilmu agama yang lebih banyak.Tapi aku tetap tidak mau karena aku merasa aku belum bisa berpisah dengan orang tuaku dengan waktu yang lama.Aku telah memohon kepada ibuku agar ia dapat membantuku untuk membujuk ayahku,namun ibuku malah sependapat dengan ayahku.Seiring berjalannya waktu ayahku selalu memberiku nasihat serta bujukan,dan akhirnya akupun mau mengikuti perintah ayahku untuk bersekolah di pesantren,itu semua aku lakukan demi kedua orang tuaku dan demi diriku sendiri.Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggupun datang,waktu dimana aku harus meninggalkan rumah dan orang tuaku untuk bersekolah.
Di sekolahku ini kami tinggal di asrama yang dimana para santrinya berasal dari berbagai daerah.Aku merasa sangat senang karena aku mempunyai banyak teman padahal aku adalah santri baru,dan tidak sedikitpun penyesalan yang aku rasakan karena telah menerima bujukan oleh orang tuaku untuk bersekolah disini.Tidak terasa hari demi hari yang aku lalui telah berganti menjadi bulan dan lama-kelamaan berganti menjadi tahun.Sekarang aku sudah menduduki kelas 2 MTs,dan aku semakin dekat dengan temanku bahkan mereka sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri begitupun dengan mereka.Saat aku merasa rindu dengan orang tuaku,aku meminjam handpone pembina asramaku di hari libur agar aku bisa berkomunikasi dengan mereka,namun dengan waktu yang terbatas karena masih banyak santri yang juga ingin berkomunikasi dengan keluarganya.Saat aku berkomunikasi dengan orang tuaku via telepon,aku berkata bahwa aku senang bersekolah disini agar orang tua ku dapat merasa lega dan benar-benar yakin dengan pilihannya sendiri.Tidak terasa minggu depan aku akan meksanakan ulangan semester 2,dan itu berarti para santri akan belaja dua kali lipat lebih giat dari minggu-minggu sebelumnya untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus lagi.Bahkan ada sebagian santri yang begadang dan melewatkan waktu tidur siangnya demi belajar.Akhirnya sudah dua hari ulangan semester 2 berlalu dan tersisah empat hari lagi,namun entah mengapa di hari ketiga ulangan tepatnya hari rabu ini aku merasa sangat gelisah.segala fikiran negatif bersarang di kepalaku namun segera aku singkirkan karna semua itu hanya membuatku tidak fokus untuk belajar.
Keesokan harinya rasa gelisah dan kekhawatiran yang sangat besar membuat kepalaku sakit,dan aku berfikir untuk meminjam handpone pembinaku untuk menghubungi orang tuaku setelah shalat asar nanti.Setelah shalat asar aku menuju kamar pembinaku dan mengetuk pintunya,saat pembinaku membuka pintu kamarnya,akupun meminta izin untuk meminjam handponenya dan iapun meminjamkannya.Langsung saja aku menghubungi keluarga dirumah,namun tidak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilan dariku.Akhirnya aku mengembalikan handpone pembinaku dengan rasah gelisah yang tak kunjung hilang,dan tidak lupa aku mengucapkan terimah kasih padanya.Setelah shalat isya aku terkejut karena pembinaku memanggilku sambil berkata “ratna ada keluargamu yang menelpon”,entah mengapa bukannya merasa senang aku malah merasa semakin gelisah.Aku berjalan dengan kaki gemetar ke kamar pembinaku dan saat aku sudah di hadapannya pembinaku berkata “yang sabar yah nak dan perbanyak istigfar”.Aku merasa ada yang aneh dengan perkataan pembinaku akupun mengambil telpone yang di berinya lalu aku mendengar ibuku berbicara namun ada suara lain yang membuat pikiranku tidak tenang.Aku mendengar kebisingan seperti orang yang sedang membaca surah yasin akupun bertanya dengan rasa takut-takut kepada ibuku “ibu mengapa ada banyak suara orang yang sedang membaca surah yasin”ibukupun menjawab dengan suara yang terisak”maaf nak lambat memberitahukanmu tapi kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian ayahmu”.Tanpa sadar aku menjatuhkan handpone pembinaku dengan air mata yang sudah berlinang.Akhirnya aku minta izin untuk pulang diantar dengan temanku karena keluargaku tidak sempat untuk menjemputku,dan pembinaku memberi izin disertai dengan nasihatnya agar aku tetap tegar.Dan saat inilah yang membuat aku merasa sangat kehilangan,kehilangan orang yang paling berarti di hidupku,kehilangan sang motivator yang selalu mensuport dan memberiku kekuatan untuk bangkit.Namun dengan kepergian ayahku itu tidak membuatku lemah dan mundur,justru itu memberikan ku pelajaran untuk tidak menyinyiakan orang yang di sayang dan tetap berjuang untuk membahagiakannya selama ia masih ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar