Oleh: Dwi Wahyuni
Hari ini adalah hari senin di mana seluruh sekolah dari Sekolah dasar sampai sekolah menengah ke atas melaksanakan kegiatan yang tidak di sukai oleh sebagian siswa-siswi yaitu upacara bendera yang di laksanakan di tengah lapangan terbuka sambil di sinari oleh matahari yang cerah. Ya itulah yang kami sedang lakukan berbaris dengan rapih di tengah lapangan sambil hormat kepada bendera merah putih, setelah itu di lanjutkan dengan amanat yang di sampaikan oleh pembina upacara hingga upacara bendera berakhir. Jam telah menunjukkan puku 08:00 di mana upacara bendera telah berhenti dan di lanjutkan dengan kegiatan belajar-mengajar di kelas.
"Seluruhnya duduk siap grak.." suara tegas dari ketua kelas yang memberi aba-aba. "Memberi salam kepada bapak guru" lanjutnya. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" kata kami bersamaan. "Sebelum memulai pelajaran marilah kita berdoa bersama-sama, berdoa di mulai" kata ketua kelas dan kmi pun semua berdoa di dalam hati masing-masing. "Berdoa selesai" katanya pula. Setelah itu suasana kelas pun menjadi riuh seperti pasar, sebelum guru yang mengajar menyebut satu persatu nama kami untuk di absen, "Baiklah anak-anak buka buku Matematika kalian halaman 110, kita akan mempelajari tentang Perbandingan" kata bapak guru memberikan arahan pada anak muridnya. Seletah itu kami pun serempak membuka buku halaman 110 yang di perintahkan oleh bapak guru.
Tiba-tiba suasana kelas menjadi hening dan love it when you call me señorita
I wish I could pretend I didn't need yaBut every touch is oh la la la
It's true la la la
Oooh I should be running
Oooh you keep me coming for ya.. Lagu tersebut terputar dari salah satu handphone siswa dan ternyata handphone tersebut punya ketua kelas. "Baiklah anak-anak simpan bukunya dan susun mejanya, silahkan naikkan kertas selembar kalian akan ulangan harian." kata bapak guru dengan ekspresi yang sulit di tebak. "Bapak tinggal dulu sebentar" katanya sambil berjalan ke luar kelas. Kami pun melakukan apa yang diperintahkan oleh bapak guru dengan sangat terpaksa. Semenjak kejadian tersebut, di pelajaran matematika meja dan kursi akan tersusun seperti pada saat ulangan dan tidak ada yang namanya duduk berkelompok lagi. Kejadian ini di sebabkan oleh ketua kelas yang sangat ceroboh. "Ini semua gara-gara ketua kelas" kata kami satu kelas dengan sangat pelan tetapi penuh dengan amarah.
Cilellang, 09 Agustus 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar