Sabtu, 12 September 2020

The fog of life

 

Oleh: Rezki Rahayu HM
Angin pun bertiup sangat kencang hingga daun-daun pun meninggalkan pohonnya, warna jingga pun menyelimuti langit di sebelah barat, azan magrib pun terdengar nyaring di telingaku. Tandanya kami harus bersiap untuk menyambut malam. Di mana aku tak pernah mengharapkan malam tiba karena rasa sakit ini selalu menghampiriku bukan sakit karena fisik tapi rasa amarah dan kekecewaan yang tak dapat aku ungkapkan. Rasanya aku ingin mengakhiri semua ini karena keluarga yang berantakan namun aku tak bisa berbuat apa-apa, aku bosan, aku lelah dengan keadaan yang memaksaku untuk tetap terlihat kuat padahal rapuh. 

Aku hidup di keluarga yang tidak harmonis. Di mana di setiap malam aku menyaksikan orang tuaku bertengkar. Di mana aku benci mendengar bentakan ayahku kepada ibuku, di mana aku benci mendengar tangisan ibuku di sepanjang malam. Dan aku sanggat benci mendengar kata" kasar yang tak pantas aku dengar oleh anak seperti aku. Dan yang paling menyakitkan seumur hidupku di mana ayahku melontarkan kata cerai kepada ibuku. Sungguh, itu adalah kata yang sangat menyakitkan. Rasanya aku ingin bertanya kepada mereka, apakah masalah harus di selesaikan dengan amarah yang memuncak? teriakan? Makian? Bahkan adegan piring terbang. Apkah tidak bisa dengan omongan baik"??. Tetapi apalah dayaku yang hanya anak kecil yang tak mengerti dan tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan orang di luar pun melabeli kami bahwa anak broken home adalah anak yang buruk. Kami juga tidak mau ada di posisi ini!. Tapi, kami tak bisa berbuat apa". Di mana kalian menggagap kami buruk, anak nakal, bebas, tidak karuan dan hal-hal negatif tentang kami. Kalian hanya pandai menilai tanpa tahu apa yang kami rasakan, dan apa yang kami alami.


Asal kalian tahu, saya juga ingin mempunyai keluarga yang harmonis, yang utuh, hidup di satu rumah yang bahagia. Mungkin bukan aku saja yang mengharapkan itu, pasti mereka di luar sana yang mempunyai keluarga broken home pasti ingin seperti itu. Tapi apalah daya kami, kami tak bisa bertindak. Kami hanya anak" yang tidak tahu menahu soal urusan dewasa tapi kami di paksa untuk menjalani semua ini, tapi kami tetap jalaninya dengan ikhlas. Meski itu berat di usia kami. Di mana kami harus merasakan kasih sayang orang tua di saat ini tapi itu tak bisa kami rasakan lagi. Rasanya aku ingin berkata kepada mereka. Ya, engkaulah orang pertama yang selalu menjaga hatiku tetapi kini engkaulah adalah orang yang membuat hatiku hancur berkeping keping bukan hanya hatiku engkau juga menghancurkan masa depan dan kebahagiaanku. Ibu engkau adalah orang yang selalu membuatku bahagia tapi sekarang aku layaknya orang yang paling menderita di dunia ini. Tuhan apakah aku boleh meminta satu hal kepadamu? Jika boleh berikan satu hari di mana di hari itu aku bisa berkumpul dengan kedua orang tuaku menghabiskan waktu bersama mereka dan merancang masa depanku kelak. Dari kejadian itulah menjadikan aku seseorang yang hebat dan kuat. Dan akanku jadikan pelajaran untuk masa depanku kelak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...