Sabtu, 05 September 2020

LAST GAME

 OLEH ALFANI RISMAENITA


            Di suatu malam, langit menangis, seakan menemani sekeping hati yang sunyi. Aku menghadap ke jendela kamarku. Angin malam terasa menusuk hingga ke tulang. Malam masih sama, tetap sepi tanpa sapamu. Tetap sendu tanpa senyummu. Tetap dingin tanpa hangat tawamu. Malam tetap saja sunyi tanpamu,kesunyian yang membawaku kedalam cerita masalaluku. Ini bukan tentang cinta, ini tentang persahabatan. Bukan apa, aku hanya rindu padamu, rindu pada kisah kita dimasa itu. Akan kuceritakan kembali, siapa yang tahu disana kau akan melupakan aku. Kala itu diusiaku yang menginjak tiga tahun, kau datang tiba-tiba menghuni rumah kosong yang ada disamping tempat tinggalku, dan hal itu menjadikan kita tetangga. Aku yang pemalu bersembunyi dibalik daster ibuku yang sedang membantu keluargamu beradaptasi di lingkungan yang mungkin saja masih asing bagimu. Aku melihatmu tersenyum padaku, ingin kubalas namun rasanya aku dikalahkan oleh rasa malu. Esok berikutnya, masih sangat pagi kulihat kau sedang membantu ibumu menyiram bunga yang ada dihalaman rumahmu. Kau melihatku dibalik jendela ini, kembali lagi kau tersenyum serta melambaikan tangan padaku. Kau selalu saja seperti itu hingga aku bosan, dan berusaha mengalahkan rasa malu. Hingga pada akhirnya kita berkenalan lalu bermain bersama setiap hari, tanpa terkecuali.

            Waktu itu jaman belum canggih, kita hanya bermain permainan tradisional. Bermain petak umpet, bola bekel, kejar-kejaran, lompat tali karet, dan juga bermain masak-masakan. Kau ingat masa itu?? Kalau kau bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama, maka tentu akan kujawab bahwa aku tidak akan pernah melupakannya. Waktu itu, setiap hari rasanya menyenangkan saat bersamamu. Kita berteman bertahun-tahun. Naik SMP kita sudah tidak bermain anak-anak lagi. Tapi kita tetap bersahabat. Namun entah kenapa, tiba-tiba kau mengajakku bermain petak umpet kembali seperti dulu. 3 hari berturut kita selalu bermain petak umpet. Sampai dihari berikutnya, kau mengatakan padaku bahwa kau akan pindah ke luar kota, mengikut ayahmu yang akan dipindah kerjakan. Kita menangis bersama saat itu, sampai kau menguatkan hati dan berkata "Last Game!!" Dengan mata yang masih berkaca-kaca. Yah!! Last game,, kita kembali bermain layaknya anak-anak. Sampai maghrib tiba, kau mengatakan kalau esok subuh kau sudah harus berangkat ke bandara. Kau memberikan topi yang selalu kau kenakan dan sampai sekarang aku masih menyimpannya rapih. Sekali lagi maaf, waktu itu aku tidak bisa mengantarmu ke bandara, karena akupun harus bersiap ke sekolah.

           Sepulang sekolah aku merasa ada yang kurang dari diriku. Kucoba melepas kebosanan dengan menonton televisi. Namun apa yang kukihat bukanlah berita yang baik. Pesawat yang kau tumpangi mengalami kecelakaan. Hatiku hancur sehancur hancurnya. Tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Sahabat terbaikku harus kehilangan nyawa karena kecelakaan itu. Sampai sekarang aku pun belum bisa mendapatkan sahabat sebaik kamu. Hal yang tersakit saat aku melihat foto kita bersama. Kita bersama tumbuh dan dewasa. Yang bisa kulakukan hanyalah mendoakanmu selalu, sahabatku. Usai sudah aku mengingat sedikit kisah tentang kita malam ini. yang kutahu, hidup selalu memberikan kesempatan kedua bukan? itu yang disebut hari esok. serumit apapun keadaan, berapapun tetesan airmata yang jatuh, aku hanya ingin menjadi dewasa menyikapi ini semua.Tak semua hal harus ada jawabannya sekarang, aku yakin tuhan punya rencananya sendiri dengan memisahkan kita. Dan aku harus bergegas tidur agar ketenangan dapat menyelimuti kegundahanku malam ini.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...