Nurhalisah
20-September-2020
Hai angin bisakah kau berhembus kencang dan menerbangkan rasa sakit yang kini hinggap di hatiku? Atau bisakah kau mengatakan kepadaku apa kau bisa menghilangkan rasa sakit? Tolong… bawa semilir kebahagiaan dan buang jauh-jauh asa kepedihan,Semilir angin berhembus kencang terasa begitu menusuk kulitku, ia bergerak cukup kencang membuat rambut panjang yang ku biarkan terurai melambai-lambai, dingin semakin lama terasa semakin menusuk kulitku hingga bagian terdalam. Ku putuskan untuk melangkahkan kaki dan menutup jendela kamarku. Kesunyian terasa begitu padat memenuhi ruang segi empat yang ku tempati. 01.20 waktu yang ku dapati saat aku menoleh ke sisi kiri tembok berwarna biru muda. Aku menghembuskan napas panjang seakan berusaha mengeluarkan sesak yang beberapa waktu terus memadati jiwaku seolah membuatku sulit untuk bisa bernapas lega. Kegelapan dan kesunyian yang mewarnai malam seolah membawaku kembali hanyut pada kisah beberapa waktu lalu.Hubungan yang kami jalin tidak dapat dibilang singkat, karena 3 tahun ku rasa waktu yang cukup lama dan cukup sulit untuk membangun sebuah rasa dan kepercayaan, bertahan dari makhluk-makhluk lain yang bahkan terkadang terlihat lebih memukau. Tapi, aku dan Andi dapat melalui semua itu hingga sampai saat ini hubungan kami dapat berjalan dengan mulus, meskipun terkadang banyak batu kerikil yang kami temui, tapi kami selalu bisa menemukan kembali jalan mulus tanpa kerikil-kerikil, yang walau kecil, tapi jika tidak behati-hati maka kita bisa tersandung kapan saja.Andi adalah pria dewasa dan ku kira ia sangat bertanggung jawab, itulah salah satu daya tarik darinya bagiku. Suatu ketika aku merasa ada yang sedikit berbeda dari sikapnya. Keganjilan itu semakin lama semakin aku rasakan. Hingga suatu hari… Suara dering di ponselku menandakan ada pesan yang masuk. Segera ku raih dan ku buka pesan singkat yang jelas ku lihat nama Andi tetulis di sana. “Sin, nanti malam aku jemput ya! Aku mau ngajak kamu keluar.”
Aku hanya tersenyum menanggapinya, rasa senang seketika hinggap di hatiku, memang beberapa waktu ini Andi sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kami jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama. “Makan malamkah, atau sekadar pergi menghabiskan waktu bersama?” tak sabar rasanya dan ingin segera ku putar waktu agar cepat malam. Tepat pukul 20.00 suara klakson mobil Andi sudah terdengar memanggilku. Aku segera berlari ke luar menghampirinya, seketika mobil mulai berjalan perlahan. Kami masih sama-sama terdiam dalam pikiran masing-masing.“Kita mau ke mana?” kataku memulai percakapan.“Ke taman ya?” jawabnya singkat. Aku hanya mengangguk tanda setuju. Tidak lama mobil berhenti di depan taman, Andi segera turun, aku mengikuti langkahnya dari belakang. Kami memilih duduk di bangku panjang yang ada di sana. Tapi, tak seperti yang ku harapkan Andi malah terlihat lebih diam dan seperti ada suatu hal yang memberatkan hatinya. Lama kami terdiam, akhirnya kembali aku memulai pembicaraan. “Kenapa? Dari tadi kamu kelihatan lebih diam dan seperti sedang memikirkan sesuatu?” Ia terlihat menarik napas panjang, membuat jantungku kini mulai berdegup tak karuan, takut-takut ada hal-hal yang tidak ingin aku dengar.“Mmm… Sinta, sebenarnya. Maaf sebelumnya sayang, tapi aku sebenarnya aku..” belum sempat melanjutkan kata-katanya, aku sudah memotong ucapannya. “Andi please jangan basa-basi terus, ini malah buat aku makin gak ngerti dan… udahlah kamu sampaikan aja ada apa!” “Orangtuaku minta aku ikut mereka ke luar negeri, dan aku gak bisa nolak itu, kamu tahu kan Sin, aku gak bisa ngejalanin hubungan jarak jauh? Bagi aku hubungan seperti itu percuma,” ucapannya terdengar begitu menusuk ulu hatiku. Aku masih terdiam, tertunduk kaku dalam kebimbanganku. Tanpa terasa air mata perlahan mulai menetes dari sudut mataku. “Itu artinya kamu ingin hubungan kita berakhir?” suaraku terdengar sedikit gemetaran. “Maafkan aku, tapi tolong mengertilah!” ucapnya kemudian.“Hanya karena itu kau ingin mengakhiri hubungan yang telah kita bangun selama 3 tahun ini? Sangat berpengaruhkah bagimu hubungan jarak jauh walau itu denganku, wanita yang telah kau kenal selama 3 tahun? Ingat Andi hubungan itu bukan permainan yang dengan mudah kau awali dan kau akhiri begitu saja!” Kini suaraku benar-benar terdengar gemetaran, air mata semakin deras membasahi tulang pipiku. “Maafkan aku Sinta, tapi aku tak bisa!” ucapnya dan berlalu meninggalkanku.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, aku menatap bayangnya hingga ia kini benar-benar lenyap dari penglihatanku. Beberapa minggu setelah kejadian itu, tanpa sengaja aku sempat melihat sosok yang ku rasa itu adalah Andi. Tapi, aku tak sempat memastikannya karena ia begitu cepat menghilang. Beberapa kali kembali aku melihat sosoknya, menimbulkan pertanyaan besar dalam jiwaku. Akhirnya ku coba menghubungi beberapa nomor temannya yang memang cukup aku kenal.“Ke luar negeri? Kapan? Dia ada kok Sin,” pesan singkat itu langsung membuatku terperanjat. “Lalu apa maksud Andi?”pikirku semakin penasaran. Ingin memastikan semuanya, akhirnya aku memberanikan diri datang ke rumahnya. Di seberang rumahnya langkahku terasa semakin meragu, aku kembali terdiam dan tak ingin jika kenyataan kali ini membuatku sakit untuk kedua kalinya. Seorang pria dan wanita terlihat berjalan hendak menuju rumah itu, mereka terlihat begitu akrab. Sang wanita menggandeng tangan si pria. “Andi?” suaraku terdengar berbisik. Pertanyaan yang berkecamuk di hatiku, seolah terjawab dengan begitu mudah. Seketika hatiku begitu bergejolak, amarah rasanya sudah naik hingga ubun-ubun.Aku mendekati mereka. “Andi?” suaraku membentak. Andi terlihat kaget saat menoleh ke arahku. “Ini luar negeri? Pemainan macam apa ini? Berpura-pura pindah ke luar negeri padahal pindah ke lain hati? Seperti inikah caramu membalas semua rasaku? Hebat kamu, makasih untuk pemainannya, ini luar biasa!” aku langsung berlari menjauh, tak dapat ku pungkiri hatiku tercabik, derasnya air mataku menjadi saksi bisu hatiku.Semenjak saat itu, aku tak pernah bertemu atau berhubungan dengannya, ia benar-benar menghilang dan ku hilangkan dalam hidup meski dalam hatiku tidak seperti itu. “Aku harus melupakannya!” ku coba memejamkan mata, dan ku harap malam ini aku dapat menikmati kebahagiaan di dalam mimpi, karena untuk sekarang, setidaknya malam ini, aku tak bisa menikmatinya.
~SELESAI~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar