Kamis, 17 September 2020

DI UJUNG NESTAPA


 Oleh: Nur Suci Qalbi. M

Siang yang cukup cerah, terik menyongsong hingga ke ujung kaki, tubuh dibasahi keringat yang menetes terus menerus tanpa henti, pak amin tetap mengayuh sepedanya untuk menjajakan dagangannya. Di Masa masa pandemi seperti ini memang kebutuhan ekonomi cukup sulit untuk didapatkan, ditambah kebutuhan untuk sekolah Anak-anak juga meningkat, sebab keperluan seperti kouta internet pun harus terpenuhi, beda saat sekolah normal, kita hanya perlu menyediakan buku dan alat tulis saja. Irfan, Anak pak Amin saat ini duduk di bangku kelas 8 SMP, kerap tidak mengikuti pelajaran, dikarenakan kehabisan Kouta Internet, dan ia tidak memiliki uang untuk membelinya lagi. Pak Amin pun harus bersusah payah untuk mendapatkan uang, demi untuk menyekolahkan dan mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Setiap hari ia pergi berdagang saat fajar terbit dan kembali saat fajar sudah mulai tenggelam.

    Sejak fajar terbit sampai saat ini, belum satupun orang yang membeli tempe dan tahu yang dijual Pak Amin, meskipun begitu, Pak Amin tidak menyerah demi menafkahi istri dan anaknya dirumah. Tak lama kemudian azan berkumandang yang menandakan waktu shalat Dzuhur sudah tiba, dan akan segara dilaksanakan. Pak Amin pun Bergegas mengayuh sepedanya ke Arah Sebuah Mesjid yang tidak terlalu jauh dari tempatnya saat itu, sesampainya disana, ia pun memarkirkan sepedanya di sudut kiri mesjid dan pergi mengambil wudhu, Saat Suara Iqomah telah terdengar ia pun segera masuk ke dalam mesjid dan melakukan sholat berjamaah. Setalah sholat, Pak Amin keluar, lalu mengambil sepedanya untuk melanjutkan jualannya, terdengar suara dari belakang, "Pak, Tunggu Sebentar", Pak Amin pun Menoleh Kebelakang, "Eh Pak Ustadz, iya ada apa pak?" Jawab Pak Amin sambil senyum, "Saya Mau Beli Tahu sama tempenya pak, Masing Masing sepuluh ribu aja ya pak!" Pinta Pak ustadz, "Alhamdulillah, iya, Tunggu Sebentar ya pak, saya ambilkan dulu" Jawab Pak Amin dengan Syukur, "Ini pak, Semuanya jadi dua puluh ribu ya" Kata Pak Amin pada Pak Ustadz, "iya, Makasih ya pak" balas pak Ustadz. Pak Amin terlihat sangat senanf setelah ada yang membeli dagangannya, setelah itu ia kembali berkeliling untuk menjajakan dagangannya. 

Langit pun sudah mulai menggelap, dan Fajar sudah terbenam, tak lupa ia singgah di mesjid untuk melaksanakan Sholat Magrib, selepas itu ia langsung pulang kerumah. Setelah menjual seharian, Pak Amin hanya mendapat uang sebesar tiga puluh lima ribu saja, ia memberikan uang itu kepada istrinya, dan istrinya nampak sangat bersyukur dengan uang itu, "Alhamdulillah, Hari ini lumayan laris ya pak jualannya, jdi besok ibu bisa kepasar untuk beli beras dan sayur" ucap ibu, "iya bu, maaf kalau belum cukup, bapak juga sudah berusaha sekuat mungkin tapi hanya dapat segitu" balas Pak Amin, "tidak apa apa pak, ini sudah cukup untuk kita makan besok" jawab ibu lagi. Ibu pun masuk ke kamar dan menyimpan uang itu didalam dompet belanjanya, tiba tiba irfan masuk ke kamar dan meminta uang untuk membeli Kouta internet sekolahnya, karena sudah satu pekan dia tidak mengikuti kegiatan pembelajaran daring. Ibu langsung memberi tahu bapak tentang hal itu, dan mereka berdua memutuskan untuk memberikan setengah dari uang tadi untuk Irfan. Meskipun uang ibu tersisa lima belas ribu, setidaknya itu cukup untuk membeli beras besok, walaupun lagi lagi kita harus makan Nasi dan seadanya saja, tetapi kita tetap harus mensyukuri pemberian tuhan karena Masih banyak orang lain yang tidak bisa makan tiap harinya diluaran sana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...