Oleh: ALFANI
RISMAENITA
WARNING!! JANGAN
BACA CERITA INI SENDIRIAN DI MALAM HARI!!!
Ahh tidak!! Aku dikejar deadline Bahasa
Indonesia. Kulihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Segera ku
ambil laptop dan buru-buru membuat pentigraf, cerita pendek 3 paragraf yang
disuruh oleh guru Bahasa Indonesiaku agar dikumpul segera. Kata demi kata
keluar dari pikiranku, akhirnya selesailah satu paragraph. Aku istirahat
sebentar, melakukan sedikit peregangan agar aku tidak terlalu lelah. Saat ingin
melanjutkan pentigraf tiba-tiba aku sudah berada di sebuah ruangan yang sangat
familiar bagiku. Yaa!! Ini adalah dapur rumahku.
Namun,
betapa terkejutnya aku melihat seseorang yang tidak kukenali karena wajahnya
tertutupi oleh topeng yang dikenakannya. Manusia itu memegang mesin gergaji.
Sebentar! Itu kan... Sepupuku!! Aku melihat sepupuku terbaring di lantai dapur.
Kulihat kembali manusia bertopeng itu mendekati Winda, sepupuku. Ia menyalakan
mesin gergajinya, lalu memotong-motong tubuh sepupuku hinga terbelah menjadi
banyak bagian kecil. Percikan darahnya, sedikit mengenaiku. Dicungkilnya bola
mata sepupuku, lalu dimasukkan kedalam gelas kecil. Aku tidak dapat menahan
jatuhnya air mataku melihat kejadian tragis itu, namun aku juga tidak berani
mengambil resiko. Aku yang berjalan pelan-pelan menuju ruang tengah, berharap
tidak ketahuan oleh psikopat itu. Sesampainya diruang tengah, betapa
terkejutnya aku melihat kepala tanteku tergantung disana, hanya kepala. Melihat
hal tersebut tentu saja aku menangis sejadi-jadinya. Namun aku harus tetap
survive disini. Aku mencari-cari ayahku, karena aku berpikir hanya aku dan ayah
yang tersisa di keluargaku.
Aku yang mendengar langkah kaki
seseorang dari dapur menuju ruang tengah, sontak lari dan bersembunyi dalam
lemari. Oh tidak dia mendekat, kututupi mulutku dengan tanganku berharap
psikopat itu tidak mendengar suara nafasku dari dalam lemari. Psikopat itu
benar-benar pintar dan kejam. Ia membuka lemari, dan mendapatiku disana, dipenggalnya
kepalaku hingga terpisah dari badanku, Ohh Tidak!! Aku sudah meninggal! Air???
Air apa ini?? Samar-samar kudengar suara tanteku, “Fani, bangun Nak!! Sudah
subuh... shalat sana!!” ucapnya sambil memercikkan air ke wajahku. Huhh...
Ternyata hanya mimpi... aku terbangun dengan laptop yang masih menyala
didekatku. Oh Tidak!!! Tugas Bahasa Indonesiaku belum jadi... Ini bahkan lebih
buruk dari mimpiku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar