Kamis, 23 Juli 2020

DIARY DEPRESIKU

  


Karya: Alfani Rismaenita

         Bagaimana rasanya jika orang yang menyuruhmu terbang tinggi, malah mematahkan sayapmu. Bagaimana rasanya jika seseorang yang menyuruhmu bermimpi malah ia yang mematahkan harapanmu akan mimpi tersebut? Aku lahir dikeluarga yang cacat. Diantara dua pihak yang saling menyalahkan. Yah, aku lahir diantara dua pihak yang saling melempar tanggungjawab terhadapku, anaknya. Diusiaku saat itu, yang masih dua tahun, aku malah lebih sering mendengar teriakan-teriakan kedua orang tuaku yang saling memaki. Ada apa sebenarnya? Aku juga tidak mengetahuinya. Sudah lama rasanya aku tidak merasakan kasih sayang ayah ibuku, hingga akhirnya aku dibawa  ke rumah saudari ayahku, tinggal dan menetap di pulau Sulawesi tanpa dampingan ibu. Sempat terlintas dibenakku sebuah pertanyaan yang sangat menggundahkan hati. Apakah ibuku sudah tak menyayangiku? Hahh... entahlah...

             Kadang aku iri dengan keluarga orang lain yang begitu harmonis. Selalu ada harapan dikepalaku agar keluargaku kembali bersama, tinggal di atap yang sama. Lagi lagi aku harus memeluk diriku sendiri tentang hal ini. Apa mereka tahu? Aku disini seringkali bingung untuk menentukan arah hidupku, sedangkan disana mereka hanya sibuk melempar tanggungjawab mereka sebagai orangtua dan berpikir bahwa yang aku butuhkan hanya uang. Namun mereka tak tahu, aku pernah berpikir untuk membayar waktu mereka hanya untuk mendengar ceritaku. Mereka hanya ingin tahu berapa nilai yang kudapat dari sekolah tanpa menanyakan perjuanganku akan nilai tersebut. Mereka tak pernah, bahkan tak ingin mengerti bagaimana perasaanku..

           Suatu waktu saat aku telah duduk di bangku SMP, aku membuat masalah besar disekolahku dan mengharuskan orangtuaku datang menanganinya. Mau tidak mau akhirnya ayahku datang dan berbicara dengan guruku tentang ulah nakalku di sekolah, aku tahu dia pasti akan marah padaku setelah ini, tapi aku tak pernah menebak bahwa ia benar-benar tidak lagi mengajakku berbicara dalam waktu yang lama. Kukira semua masalah ini berawal dari diriku sendiri, berawal dari aku lahir ke dunia. Tapi kini aku sadar, bahwa kelahiranku bukanlah sebuah kesalahan. Hanya saja, situasi baik tak pernah berpihak kepadaku. . Kini aku tumbuh menjadi remaja pada umumnya, tinggal dengan ayah dengan sikap dingin yang luar biasa. Semakin dewasa aku semakin terbiasa dengan hidupku yang sekarang, hidupku tanpa sosok seorang ibu. Kini aku tumbuh menjadi wanita yang berhati tegar, aku harus berpikir positif, bahwa diujung jalan sana, kebahagiaan telah menungguku. Yang rusak hanyalah sebuah catatan di kartu keluarga, bukan aku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...