Minggu, 11 Oktober 2020

Luka

Oleh : Muhammad Alfauzi Arif

    "Mamaaa!!!".teriak luka dari atas tangga.
"kenapa sih kak triak²,kakak mau apa". Tanya Berlin mama luka. 
"maa papa mana? Papa tadi janji mau ngajak luka jalan², luna capek ma tidur terus". Kesal luna yang sedari tadi merasa bosan di kamarnya bingung harus ngapain.semua orang sangat memanjakannya sehingga ia merasa risih.to kan luna udah gede bukan anak kecil lagi. Sudah berulang kali ia mengatakan hal seperti itu kepada kedua orang tuanya. 
" kakak, sabar yah papa masih dijalan. Emang kakak udah merasa lebih baik? Kakak kan baru saja keluar dari rumah sakit?". Kata mama luka. Karna jujur mama luka sangat khawatir dengan keadaan luka. Luka masih belum pulih dengan penyakitnya. Baru dua minggu lebih luka menjalani kemoterapi. Alhasil luka masih kelihatan sedikit pucat. 
"maa, luka tu sehat ma, luka pasti sembuh. Mama nggk usah khawatir deh ma".ucap luka malas. 
Tiba-tiba suara kalakson terdengar dari luar. Itu adalah suara kelakson mobil Farid papa Luka. Luka dan Berlin membuka pintu. 
"papa!! Kok papa lama sekali sih? Papa kan janji mau ngajak luka jalan"ngambek luka. 
"hahaa, anak papa nih udah gede masih saja bersifat kekanakan. Maaf ya sayang papa tadi banyak kerjaan. Jadi papa agak kemalaman dehh. Jangn marah yahh Princes papa yang cantik" farid mengusap kepala luka dan memeluknya dengan manja. Ia sangat takut jika suatu hari nanti ia tak bisa lagi memperlakukan putrinya seperti saat ini. Andai saja ia dapat menggantikan posisi luka. Pasti ia lebih memilih berada di posisi luka. Ia takut kalau luka bakalan meninggalkannya. 
"paa...papa kok nangis sih?". Tanya luka yang masih memeluk papanya
"papa nggak nangis kok sayang, papa hanya capek saja".jawab farid sambil melepas pelukannya.
"pa. Papa tau nggak, masa mama ngelarang luka jalan².kan luka juga capek di rumah terus. Mama kata berlin masih hafus istrahat. Mama tu nggk percaya kalo luka pasti akan sembuh. Iya kan pa?". Ngadu luka pada sang ayah sambil memanyunkan bibirnya. 
"udah, udah lebih baik papa mandi dlu trus kita makan. Kasian tu papanya bau". Kata berlin pada Luka. Lalu berlalu meninggalkan anak dan suaminya. 
"yau dah papa mandi dlu yah sayang trus itu kita makan baru kita jalan² sma mama. Oky? 
"oke pa, luka sayang papa". Ucap luka lalu mncium pipi farid
"papa kuga sayang luka. 


    Didalam kamar luka menahan salit di kepalanya. Ia sudah tak tahan lagi dengan penderitaannya. Ia lalu beranjak dari kasur dan mengambil obat yang ada di dalam laci meja. Lalu ia meraih segelas air yang ada di atas meja. Dan tiba-tiba tangan luka lemas dan alhasil gelas yang luka pegang jatuh. 
"Paaa maaa!!". Teriak luka dalam kamar sbil memengang kepalanya. 
"Lukaaaa... Kmu kenapa sayang". Tiba²pintu kamar terbuka menampilkan berlin dan farid. Farid langsung berlari menuju kasur putrinya.
"kakak, kakak kenapa. Pa ayo cepat bawa luka ke rumah sakit". Tangis berlin tak mampu lagi ia bemdung ia khawatir akan terjadi hal yang buruk dengan anaknya. Namun saat farid ingin menggendong luka. Luka menahan dan memilih untuk berbaring di kasurnya. Denga berat hati farid menggendong luka naik ke atas kasur. 
"Paa.. Mama luka udah nggk tahan lagi. Lu-luka capek ma pa. Luka mau pulang pamit aja. Bolehkn ma pa? Ka-kalo nanti luka pergi. Papa sama mama jangan nangis yah, luka nggk mau lihat papa sama mama sedih atas kepergian luka. Auu... Kepala luka udah sangat sakit.. Pa ma peluk luka untuk yang terakhir kalinya".Berlin dan farid menggelengkn kepalanya. Tidak, luka nggk boleh pergi, luka adalah putri satu² berlin dan farid. 
"syang, kamu nggk boleh bilang begitu. Kamu pasti sembuh, ayo kita ke rumah sakit nak." kata farid dengan suara yang bergetar 
"kak,  kakak nggk boleh bilang begitu kakak kan bilang kalo kakak pasti sembuh." Kata berlin sambil memeluk putri sulungnya dengan tangis yang bertambah
" papa peluk luka juga, papa nggk mau peluk luka untuk yang terakhir kalinya". 
Farid langsung menghamburkan badanya. Memeluk putrinya. Luka tak tahan lagi _papa,mama luka pamit yah_ ucap luka dalam hati. dan tanpa sadar luka melepas pelukannya secara tiba-tiba. Berlin dan Farid yang menyadari pelukan anaknya melonggar langsung mengguncang tubuh luka. 

    "Luka bangun sayang.... Luka. Luka dengar papa kan luka". Teriak farid di samping telinga putrinya.di sisi lain berlin tak henti hentinya menangis di pelukan putrinya. 
Anak yang selama ini ia rawat dan sayangi telah pergi menemui Tuhan. Tugas berlin dan Farid telah selesai, mereka masih tidak menyangka dengan kepergian luka. 
_kamu pasti sudah merasa tenang kan Sayang, kamu pasti tidak merasakan sakit lagi.kamu yang tenang yah disana. Papa sama mama sayang luka_ Gumam farid dalam hati. Lalu mencium tangan dan kening luka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...