Oleh: Nur Suci Qalbi. M
Dia, duduk di samping jendela, dibawah sinar lampu yang temaram. Mencoba memandang langit yang gelap, hanya ada rembulan yang memantulkan sebagian dari cahaya matahari. Angin malam berhembus sepoi sepoi, Awan bergerak perlahan, memberikan seni tersendiri di kegelapan malam. Tak ada bintang yang terlihat, semua bersembunyi dibalik awan, barangkali malu untuk kulihat, katanya dalam hati seraya tersenyum. Apakah langit sedang murung? Ataukah sedih? Tanya nya dalam hati. Beberapa menit setelahnya, Setetes air tertancap dijendela, dan perlahan turun lagi beberapa tetes air, Awan yang tadinya bergerak menghilang, Purnama yang mulanya terang pun tertelan. Seketika dia berfikir, "apakah ini salahku?, apakah mereka semua menghilang karena aku? Apakah mereka marah karena ku pandangi? Padahal aku hanya ingin melihat keindahan mereka" di berteriak sekencang-kencangnya di bawah rintik hujan yang sangat deras, dan ia meneteskan air matanya, seakan tidak terima disalahkan, dia seakan meronta ronta ingin keluar dari tubuhnya sendiri, sepertinya ada sebuah kesalahpahaman yang terjadi padanya di masa lalu. Sepanjang malam Ia lewati hanya dengan, meratapi sesuatu yang membuatnya tertekan, ia sangat takut semua orang mengucilkannya karena hal itu. Sampai saat ini dia belum berani keluar dari kamarnya sendiri.
Keesokan paginya, tepat pada pukul 7.30, Ia masih berada di atas tempat tidurnya, matanya sangat sembab dan tubuhnya terkapar lemas, Sepertinya dia benar benar tidak tidur sepanjang malam, Ia mengabaikan segalanya, bahkan makannya pun jarang, seperti tidak ada lagi tumpuannya untuk hidup, Sepertinya dia sakit, dia mengalami gangguan pada dirinya akibat keterpurukan yang ia alami karena kejadian yang terjadi di masa lalu, dia sering mengigau seakan berbicara dengan seseorang, dan orang yang ia ajak bicara itu seakan membelanya bahwa dia memang tidak bersalah pada kejadian di masa lalu tersebut. "Awasss!!!" Terdengar suara teriakan nya sangat kencang, dia kembali menangis dengan sangat keras, ia berteriak-teriak histeris, entah kejadian apa yang terjadi pada masa lalunya sehingga tidak bisa ia lupakan sampai saat ini. Aku berusaha mengorek Hal apa yang membuatnya sangat terpuruk saat ini, Aku memberanikan diri untuk menyapanya dan duduk di sebelahnya, Saat melihatku dia tersenyum dan seketika langsung memelukku, "Vinaaaa, Vinaaa, kamu Dari mana saja, kakak sangat merindukanmu, Apakah kamu marah pada kakakmu ini?, Kenapa kamu meninggalkan kakak selama ini?" Tangisannya semakin kencang, Tapi nadanya agak beda, sepertinya ini adalah tangis bahagianya. Aku yang tidak mengetahui apapun, hanya diam mendengar semua katanya itu. "Kamu tidak apa apa kan dek? Sekarang kamu sudah besar ya dek, kamu cantik sekali, kamu tidak marah sama kakak kan? Kakak pikir kamu tidak mau lagi bertemu dengan kakak!" dia kembali bertanya. Mendengar kata-katanya itu, membuat aku semakin bingung, dan akupun berusaha bertanya padanya tentang apa yang terjadi "Memangnya dulu aku kenapa kak?", diapun terdiam, matanya tertuju lurus kedepan, seakan membayangkan sesuatu, dengan polosnya ia menjawab, " Sekitar 6 tahun lalu, kamu masih berumur 11 tahun, pada saat pulang sekolah, Kakak terlambat menjemputmu disekolahmu karena ada tugas tambahan dari sekolah kakak, dan pada saat Kakak sampai di sekolahmu, kamu sudah tidak ada di sana, dan sekolahmu pun sudah kosong, Kakak mengira kamu sudah dijemput oleh ayah, Makanya kakak langsung pulang ke rumah tanpa mencarimu, dan ternyata saat itu kamu tidak pulang kerumah, ibu dan ayah memarahi kakak dan kami mencarimu kemanapun tapi tidak menemukanmu, ayah sudah melaporkan hal ini kepolisi tapi tetap saja kamu tidak ditemukan. sejak saat itu ibu dan ayah menyalahkan kakak atas kehilanganmu, mereka menyudutkan kakak, dan sampai saat ini mereka pun masih sering menyalahkan kakak, hidup kakak serasa tidak berguna lagi, untuk keluar kamar saja kakak tidak berani" perlahan lahan suaranya makin mengecil dan ia pun tertidur, kurasa ia kelelahan.
Mendengar semua jawabannya, Aku akhirnya mengetahui apa yang menyebabkannya menjadi sangat terpuruk seperti ini, Sepertinya dia tidak ingin disalahkan akibat kehilangan Adik itu, karena dia juga tidak mengetahui apapun tentang hilangnya Vina, adiknya. Ia menjadi terpuruk karena sering disalahkan oleh kedua orang tuanya, sepertinya Ia merasa bahwa hidupnya sudah tidak berarti lagi, kedua orang tuanya hanya peduli terhadap Vina, orang tuanya itu tidak menyayanginya, kedua orang tuanya bahkan menganggapnya sudah mati. Dan ternyata orang yang selalu ia bayangkan dan diajak bicara saat sendiri itu ternyata adalah Vina, adiknya itu selalu meyakinkan kakaknya bahwa kakaknya tidak bersalah sama sekali, agar kakak bisa terlepas dari keterpurukannya itu. Meskipun sampai saat ini Keberadaan Vina tidak pernah diketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar