Senin, 28 Agustus 2023

Mendeskripsikan politeknik kesehatan Kemenkes Makassar wilayah Tidung

Politeknik Kesehatan Makassar (POLKESMAS) berdiri berdasarkan SK. Menkes-Kessos No. 298/Menkes-Kessos/SK/2001 tanggal 16 April 2001 yang mengintegrasikan 7 akademi terpisah di Makassar yaitu Akademi Kesehatan Lingkungan; Akademi Perawat, Akademik Gizi, Akademi Fisioterapi, Akademi Farmasi, Akademik Kebidanan, dan Akademi Kesehatan Gigi. Politeknik kesahatan makassar, memiliki kampus yang terletak di berbagai daerah di kota makassar salah satunya terletak di  Jl. Bend. Bili Bili, Karunrung, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. 


    Untuk Kampus Politeknik Kesehatan

 kampus Tidung sendiri terdapat 3 jurusan yang terdiri dari jurusan Keperawatan, jurusan keperawatan gigi dan jurusan kebidanan. oleh sebab itu ada banyak sekali bangunan dan gedung yang terdapat di polikesmas kampus tidung yang terdiri dari gedung A, gedung B gedung  C, gedung D kantin, Perpustakaan, Gedung D IV, Gedung Jurusan Keperawatan Gigi, Jurusan Kebidanan, Taman, Aula Abullo Sibatang, Auditorium, Musholla, Gedung Pegawai dan Dosen.

Yang pertama ada gedung A. Dimana Gedung A ini terdiri dari dua lantai yang di mana pada lantai 1 itu terdapat lab keperawatan anak, lab Biomedik, papan pengumuman, lab keperawatan dasar, lab KMB, ruang pengenalan alat, sentral alat dan toilet. Dan di lantai 2 terdapat beberapa ruangan. Pada bagian depan Gedung A terdapat taman yang luas dan rindang di bagian belakang gedung A itu terdapat jurusan kebidanan, Gedung D dan aula. Kemudian pada bagian samping gedung A terdapat perpustakaan terpadu.

Yang kedua ada Gedung B. dimana, Gedung B ini sendiri terdiri dari dua lantai di lantai pertama itu terdapat lab keperawatan gawat darurat, lab jiwa lab maternitas, lab diabetik, lap Theater atau simulasi. Dan pada lantai 2 terdapat beberapa ruangan. Di samping kiri Gedung B terdapat perpustakaan terpadu. Di bagian depan Gedung B terdapat taman dan pada bagian belakang terdapat jurusan keperawatan gigi, parkiran dan gedung C.

Yang ketiga ada gedung C. Dimana Gedung C ini terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama terdapat ruang kelas untuk tingkat 1 dan pada lantai 2 terdapat ruang kelas untuk tingkat 2 Prodi keperawatan. Di bagian depan gedung C, terdapat sebuah lapangan yang sering dijadikan sebagai tempat senam bagi mahasiswa jurusankeperawatan yang dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Dan pada bagian belakang gedung C, terdapat sebuah parkiran yang sering digunakan oleh mahasiswa jurusan keperawatan gigi.

Yang keempat ada Gedung D yang terdiri dari dua lantai. Dimana pada lantai 1 terdapat ruang kelas Prodi D4 keperawatan tingkat 1 yang terdiri dari kelas A dan kelas B serta terdapat juga ruang sekretariat HMJ keperawatan. Pada bagian depan gedung utama D terdapat parkiran untuk mahasiswa serta parkiran untuk dosen dan juga terdapat musholla. Di bagian belakang terdapat Aula dan juga auditorium.

NAMA KELOMPOK:

1.SRI ANNISA (PO713201231033

2.ANDI MUTIAH ZULFADHILAH. Y

 (PO713201231006


Jumat, 25 Agustus 2023

One Fine Day

 



Oleh : Fadhilah Putri Arina

Pagi yang sangat sunyi, seperti biasa, aku hanya memandangi fajar yang sama dan ditempat yang sama. Sebuah pertanda berawalnya cerita. Melewati kegelapan di mana-mana. Menunggu datangnya senja. Sementara suara gemuruh terdengar begitu nyaring. Aku tidak peduli. Jariku tetap mengikuti pola gambar di atas kertas putih itu. Diiringi alunan melodi piano yang berasal dari speaker mini di atas meja.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00. Gambar ini aku putuskan akan kulanjutkan di sekolah. Aku segera berangkat ke sekolah. Menggantungkan ransel di lenganku dan segera berlari. Aku mendengar panggilan itu.

“Letta!.” Panggil mama.

Sengaja kuhiraukan. Malas untuk berbicara dengan mama pagi ini. Lagipula aku harus kesekolah. Aku takut akan terlambat.

~~~

                “Pagi Gara!.” Teriakku pada Gara yang sedang memainkan ponselnya.

                “Aaa.....Letta, aku fikir siapa. Bikin kaget saja.” Balas Gara dengan wajah kagetnya yang sangat lucu bagiku.

                “Hehe...maaf! Hanya menyapa saja.” Lanjutku dengan sedikit tertawa.

                Basgara Yudha. Sahabatku paling setia, sejati, selamanya dan terbaiklah pokoknya. Sahabat yang sangat perhatian dan peduli padaku. Persahabatan kami dimulai sejak SMP hingga menginjak SMA seperti sekarang. Bagaimana pun keadaanku, Gara selalu ada. Pertemanan antara wanita dan pria selama empat tahun, bagi orang-orang bukan tidak mungkin tidak ada rasa suka. Tapi aku dan Gara benar-benar hanya Sahabat. Bahkan ia sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri.

                “Letta, kamu baik-baik saja?” Tanya Gara yang terlihat bingung melihatku mengeluarkan alat gambarku dan hendak melanjutkan gambarku tadi pagi.

                “Baik.” Jawabku singkat.

                “Aneh saja, setelah sekian lama bungkam dari hobi mu ini, tiba-tiba saja kamu mulai melukis lagi.” Lanjutnya.

                “Aku hanya ingin memulai semuanya dari awal, salah?” Balasku.

                “Tidak, tidak sama sekali, malah aku senang.” Kata Gara sambil tersenyum lebar padaku. Dan hal itu membuatku tertawa geli.

                Bel istirahat akhirnya berbunyi. Hal yang sangatku tunggu sedari tadi. Entah sejak peristiwa itu, aku sedikit berubah. Mulai sering banyak makan. Banyak tidur dan suka menghabiskan waktu dikamar juga di kantin sekolah. Tentu aku tidak sendiri. Selalu saja ditemani my true friend , siapa lagi jika bukan Gara.

                “Gara, kantin yuk!” Ajakku pada Gara yang tengah sibuk mengerjakan tugas.

                “Buat apa....aku sibuk!” Jawab Gara sedikit jutek.

                “Ayolah! aku lapar Garaa...” Pintaku dengan nada sedikit berubah.

                Akhirnya ia mau juga. Aku tahu sesibuk apapun Gara, dia pasti akan menuruti perkataanku. Hal itulah yang membuatku lebih betah di sekolah daripada di rumah. Perbandingan yang sangat jelas.

Dulu aku pernah sangat suka menghabiskan waktu dirumah. Tetapi, semenjak perceraian mama dan ayah, aku sangat terpukul. Terlebih lagi aku adalah anak semata wayang. Suatu hal yang tidak pernah aku bayangkan sama sekali akan terjadi di kehidupanku. Entah apa yang membuat orang tuaku memilih jalan hidup drama seperti ini. Semuanya sudah terjadi. Aku harus menjalaninya.

Hari ini aku mengajak Gara kerumah. aku hendak memperlihatkan karyaku yang selama ini telah aku kerjakan.  Sekaligus membantuku mempersiapkan diri menghadapi kompetisi melukisan yang akan kuikuti. Kebetulan sedang ada event yang akan digelar dalam waktu dekat ini.

“Mama kamu kemana?” Tanya Gara sesaat setelah tiba di rumah.

“Tidak tahu!” Ketusku .

Aku bisa melihat ekspresi Gara yang tidak suka mendengar jawabanku. Salah satu orang yang menentang pemberontakanku adalah Gara. Hakku untuk bersikap seperti ini. Ia tidak bisa memaksaku. Aku yakin Gara pasti mengerti. Apalagi mama adalah orang yang sangat sibuk sampai tidak punya waktu untukku. Mungkin hal itu pula yang menjadi pemicu perpisahan orang tuaku.

“Aku muak dengan pembicaraan orang di sekelilingku!” Kataku pada Gara sambil memegang salah satu lukisanku.

“Kamu tahu, tekadang memiliki sifat `Masa Bodo’ itu diperlukan. Khususnya ketika lisan manusia mulai menyakitimu. Kita tidak akan dihisab oleh perkataan mereka.” Ucap Gara padaku.

“Semua ini karena mama. Karena terlalu sibuk, sehingga aku yang harus menanggung semua. Rasanya benar-benar sakit mendengar pembicaraan tetangga mengenai keluargaku. Gara tidak tahukan bagaimana rasanya.” Lanjutku dengan nada yang cukup tinggi.

“Percaya saja, Tuhan menggenggam semua doa, kemudian dilepaskannya satu persatu disaat yang paling tepat.” Ucapnya lagi, yang membuatku tenang seketika.

“Terima kasih Gara, selalu bisa membuatku tenang. Aku terkadang merasa bingung, mengapa aku tidak bisa menyukai pria sepertimu.” Kataku.

“Tenang saja. Setelah semua ini selesai, harapanku perasaan ini juga selesai. Sama seperti semula, bahwa semua ini tidaklah berarti apa-apa. Hanya sebuah pertemanan yang menyenangkan bahwa kita bisa saling mengenal dan menjalin persahabatan.” Ungkap Gara yang membuatku terdiam.

“Maaf.” Satu kata yang hanya bisa aku berikan pada Gara.

 

~~~

Malam ini aku sendiri lagi. Mama belum juga pulang dari kantor. Atau bahkan dia sudah lupa bahwa mempunyai seorang anak di rumah. Tiba-tiba saja terdengar suara mobil yang memasuki garasi. Aku berprasangka bahwa suara mobil itu milik mama.

“Mama dari mana saja? Mama lupa sekarang sudah jam berapa?” Tanyaku pada mama dengan nada tinggi.”

“Maaf sayang, tiba-tiba saja tadi ada rapat mendadak, mau tidak mau mama harus lembur.” Jawab mama yang membuatku berfikir hal itu hanyalah sebuah alasan.

“Aku lelah ma!! Setiap hari menjadi bahan pembicaraan orang-orang di sekolah, bahkan tetangga juga cerita. Lagipula, kapan mama punya waktu untuk Letta?” Balasku dengan terseduh.

Aku sangat muak malam itu. Aku berlari menuju dapur dan mengambil pisau diatas meja. Sontak mama dan pembantu di rumah panik melihat apa yang aku lakukan. Aku sudah di luar kesadaranku. Tetesan darah mulai  mengalir secara perlahan dari telapak tanganku. Mama tidak bisa menghentikanku. Terlanjur sudah aku goreskan ujung pisau ini ditelapak tanganku.

Pagi ini terasa sangat berat untuk membuka kelopak mataku. Aku merasakan perih di bagian tangan kananku. Ternyata malam itu, aku tidak sadarkan diri. Mama membawaku kerumah sakit. Orang yang pertama kali kulihat saat membuka mata adalah Gara. Seperti dugaanku raut wajah Gara pagi ini sedikit berbeda. Entah mengapa aku merasa takut.

“Kamu gila ya? Kamu tahu, apa yang sudah kamu lakukan?” Tanya Gara dengan raut wajah bingung sekaligus marah.

 “Bagaimana kamu bisa mengiikuti kompetisi dengan keadaan seperti ini!” Lanjut Gara.

Aku memalingkan wajahku, menghindari kontak mata dengan Gara. Ia tidak paham dengan apa yang sedang aku rasakan. Yang bisa aku lakukan hanyalah meminta maaf. Aku tahu dengan keadaan seperti ini akan sulit bagiku untuk mengikuti kompetisi.

Setelah hari itu aku mulai  mencoba untuk melukis kembali. Awalnya sangat sulit. Akan tetapi aku tidak menyerah, aku terus mencoba. Tiba –tiba Gara datang entah dari mana dan langsung merebut pensil ditanganku. Aku terkejut.

“Gara, kenapa diambil pensilnya?” Tanyaku kesal.

“Kamu lupa?, tangan kamu sedang sakit letta!” Jawabnya.

“Alasan dibalik mengapa aku melupakan banyak hal adalah karena memang daya ingatku lemah. Terkadang itu membuatku bersyukur, karena dengan mudah melupakan banyak rasa sakit.”

“Bicara kamu tidak rasional! Sudah, ayo ikut aku.” Balas Gara dan langsung menarikku pergi.

Gara membawaku keluar. Aku tidak tahu dia ingin membawaku kemana. Aku sangat kebingungan.

“Kenapa di restoran? Aku sudah makan tadi.” Tanyaku yang kebingungan.

“Siapa bilang kita akan makan di sini? Sudah, duduk!” Paksa Gara padaku.

Seseorang terlihat berjalan menuju ke arah kami. Aku sangat terkejut melihat siapa yang datang. Abenk Alter, seorang seniman muda yang selama ini aku kagumi. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya. Anganku sekarang menjadi nyata. Semuai berkat Gara. Hari itu aku sangat bahagia. Bisa menerima banyak pelajaran dari Abenk yang sangat menginspirasiku.

                “Kamu dari jalan sama Gara kan? Bagaimana, menyenangkan?” Tanya mama yang tiba-tiba saja masuk kekamarku malam itu.

                “Bukan urusan mama!” Jawabku ketus.

                “Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini? Mama melakukan semua ini, demi kamu Letta!” Ucap mama meyakinkanku.

                “Aku hanya ingin mama selalu ada untuk aku, hanya itu.”

                Aku sangat ingin menceritakan semuanya kepada mama. Aku ingin mama tahu aku mengikuti kompetisi melukis dalam waktu dekat ini. Aku ingin mama tahu bahwa aku mengaharapkan kehadirannya dihari perlombaan nanti. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi. Menghabiskan waktu di rumah saja sangat sulit ia lakukan. Bahkan, aku menjalani pemulihan pun ia tidak pernah ada di sampingku. Hanya Gara yang setia menemaniku.

 

~~~

Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Aku sangat gugup. Untuk pertama kalinya aku mengikuti kompetisi sebesar ini. Sudah kupastikan, aku akan bertemu dengan pelukis-pelukis handal dan berpengalaman.

“Tenang saja, kamu pasti bisa!” Kata Gara menyemangatiku.

Suara risih itu terdengar ditelingaku dan juga Gara. Kumpulan manusia yang sedang berkomentar tentangku.

“Hhh...ternyata banyak diantara mereka yang umurnya saja yang bertambah, tapi pemikirannnya tidak berkembang.“ Ucap Gara tiba-tiba saja.

Entah mengapa aku merasa senang dan lega mendengar perkataan Gara sebelumnnya. Tapi tetap saja ada yang menjanggal. Andai saja ada mama di sini. Pasti semuanya sempurna. Gara langsung menyuruhku memasuki area perlombaan, karena sebentar lagi perlombaan akan segera dimulai. 

Aku mulai melukis. Tapi, entah mengapa rasanya berbeda. Tidak biasanya seperti ini. Aku merasa ada yang tertahan. Dari kejauhan Gara terlihat sedang menelpon seseorang. Tiba-tiba saja aku terdiam. Aku tidak menyangka dia akan datang. Mama terlihat tersenyum dan menyemangatiku dari kejauhan. Aku sangat senang. Ternyata mama bisa meluangkan waktunya untukku. Akhirnya aku bisa melanjutkan lukisanku.

Hari itu menjadi hari yang sangat berkesan bagiku. Meskipun tidak menang, aku tetap bahagia. Ternyata mama masih sayang dan peduli padaku. Semua itu karena Gara. Dialah yang membuat mama bisa hadir di hari itu. Tentang Gara, kami tetap menjadi sahabat. Dengan rasa suka, sayang dan cinta sebagai sahabat.

Hai pagi. Hari ini aku mulai lagi perjalanan hidupku. Harapan yang baru, kisah yang baru, tawa yang baru serta semangat yang baru. Dan kepada malam, aku sangat berterima kasih karena telah menemaniku bersedih. Aku tidak akan takut untuk terjatuh lagi. Don’t stop when you’re tired, stop when you’re done.

~~~

Jamu dengan Segudang Khasiat

  By: Nasyri’ah Nur Aisyah    Apasih yang pertama kali terlintas dipikiran kalian setelah mendengar kata 'jamu'? Dalam Peraturan Men...